PENGANTAR ILMU BAHASA
PROJECT
“KATA
TABU”
DOSEN PENGAMPU : Dr. Wisman Hadi, M.Hum
Kelompok 1
1.
Tania Angreini
2.
Dinda Asyifa
3.
Diana L Sigalingging
4.
Vivi Sulastri
5.
Yola Ayuningtyas
6.
Masdalifah Hanum
Kelas : Reguler B
FAKULTAS
BAHASA DAN SENI
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke
hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kessehatan sehingga dapat
menyelesaikan Project yang berjudul “kata tabu, makian, dan kekerasan verbal” ini
tepat pada waktunya. Makalah
ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk melengkapi tugas
mata kuliah Pengantar Imu
Bahasa di Universitas Negeri Medan.
Dengan demikian, diharapkan dapat memberi hasil seperti harapan semua
pihak. Terlepas dari semuanya itu, penuis sadar bahwa makalah ini masih memiliki banyak
keterbatasan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik membangun
senantiasa diharapkan demi penyempurnaan makalah ini lebih lanjut.
Medan, Desember 2016
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
1.
Pendahuluan
....................................................................................
2
2.
Kajian Teoritis
.................................................................................
2
3.
Metode ............................................................................................
4
4.
Hasil Penelitian ...............................................................................
5
5.
Kesimpulan .....................................................................................
6
6.
Saran
................................................................................................
6
DAFTAR
PUSTAKA .........................................................................
6
PENGGUNAAN
KATA TABU
Dinda
Delfi Asyifa, Diana L. Singgalinging, Yola Ayuningtias, Tania Angreini, Vivi
Sulastri, Masdalifah Hanum
Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Reguler B Dik 2016
Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan
ABSTRAK
Penelitian
ini dilatarbelakangi oleh salah satu fenomena penggunaan bahasa yang menarik
dalam masyarakat saat ini yakni berkaitan dengan maraknya penggunaan kata-kata
atau frase yang termasuk dalam tabu bahasa. Kata-kata yang dahulunya hanya
didengarkan di ruangan pribadi, saat ini sudah menjadi biasa ketika didengarkan
dan dituturkan di tempat-tempat umum bahkan dalam tayangan televisi. Untuk itu tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui apa saja kata-kata tabuh, makian dan kekerasan verbal yang dipakai masyarakat serta dampak dari kata-kata tabuh, makian dan kekerasan verbal. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut
(1) Apa saja kata-kata tabuh,makian dan kekerasan verbal yang
dipakai masayarakat? (2) Damapak dari kata-kata tabuh, makian dan kekerasan verbal?. Metode
penelitian ini adalah melalui deskriptif, bentuk penelitian
adalah studi kasus.
Subjek penelitian ini adalah masyarakat dan mahasiswa yang menggunakan bahasa makian, kata tabuh,
dan kekerasan verbal, teknik pengumpulan data menggunakan
teknik observasi, teknik komunikasi langsung, teknik dokumentasi dan alat
pengumpulan data adalah observasi, dan angket. Hasil penelitian, yaitu Perasaan ketika mendapatkan perlakuan
kekerasan kata-kata (verbal
abuse),makian dan kata kata tabu adalah
rasa sedih, dendam, sakit hati, marah dan ingin melawan
pada orang yang melakukannya. Berbagai macam respon remaja ketika mendapatkan
kekerasan katakata (verbal
abuse), makian dan
kata kata tabu adalah tidak menghiraukan orang yang melakukan kekerasan kata-kata, pengen bantah
pada orang yang melakukan kekerasan
kata-kata (verbal abuse). Hal ini dikarenakan adanya perasaan ingin melawan.
Kata
Kunci : Kata tabu
PENDAHULUAN
Salah
satu fenomena penggunaan bahasa yang menarik dalam masyarakat saat ini yakni
berkaitan dengan maraknya penggunaan kata-kata atau frase yang termasuk dalam
tabu bahasa. Kata-kata yang dahulunya hanya didengarkan di ruangan pribadi,
saat ini sudah menjadi biasa ketika didengarkan dan dituturkan di tempat-tempat
umum bahkan dalam tayangan televisi.
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak ditemukan
atau dihadapi penggunaan bahasa Indonesia yang tidak baik, baik susunan atau
struktur kata ataupun pemilihan kata, bahkan ada juga yang menggunakan bahasa
tabuh, bahasa makian, dan bahasa kekerasan verbal tanpa ada rasa bersalah dan
seperti sudah biasa dan lumrah untuk dilakukan. Larangan menurut
Kridalaksana (2008: 140) adalah ”makna ujaran yang bersifat melarang; diungkapkan dengan
pelbagai bentuk, antara lain dengan
bentuk
imperatif negatif jangan atau dengan frase ingkar tidak dibenarkan”.
Makian merupakan salah satu bentuk pemakaian bahasa yang digunakan masyarakat
untuk mengungkapkan kemarahan. Ungkapan makian adalah ungkapan untuk
mengekspresikan pikiran, perasaan dan emosi dalam bentuk kata-kata kasar atau kotor.
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan
yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal
mudah dilakukan dan dapat dibisikan di
hadapan
orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi .
Berdasarkan hasil observasi, ternayata penggunaan
berbahasa masyrakat dan mahasiswa masih sering menggunakan kata – kata tabu,
yang didalamnya saat mendapat kata – kata tabu adalah rasa sedih, marah, dan
dendam.
Berdasarkan hasil penelitian diatas peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Kata Tabu”. Tujuan
umum dalam penelitian ini adalah menganalisis
penggunaan berbahasa masyrakat dan
mahasiswa dalam penggunaan kata – kata tabu.
KAJIAN
TEORITIS
A. KATA TABU DAN LARANGAN
Larangan
menurut Kridalaksana (2008: 140) adalah ”makna ujaran yang bersifat melarang; diungkapkan dengan
pelbagai bentuk, antara lain dengan
bentuk
imperatif negatif jangan atau dengan frase ingkar tidak dibenarkan”. Larangan ini sangat erat kaitannya
dengan aspek kehidupan manusia yang berlaku
dalam
masyarakat, seperti kebudayaan, keyakinan
dan kepercayaan, adat istiadat, norma/hukum,
yang didapatkan secara tradisi turun-temurun dari nenek moyangnya. Di samping itu, larangan
juga diartikan sebagai (1) perintah (aturan)
yang
melarang suatu perbuatan; (2) sesuatu yang terlarang karena dipandang. Kata
tabuh atau pantang adalah kata yang jarang atau tidak lumrah untuk diucapkan,
cenderung kata tersebut dibuat oleh individu atau kelompok tertentu. Kata tabuh
dibuat atau digunakan cenderung untuk menghina atau menjelek-jelekkan
seseorang. Kata ini bermakna menjatuhkan seseorang dengan menyamakan seseorang
dengan benda-benda atau hal lain yang menggambarkan atau mengidentifikasikan
keburukan.
Kata tabuh yang merupakan suatu pelanggaran
sosial yang kuat terhadap kata, benda, tindakan, atau orang yang dianggap tidak
diinginkan oleh suatu kelompok, budaya, atau masyarakat. Beberapa tindakan atau
kebiasaan yang bersifat tabuh bahkan dapat dilarang secara hukum dan
pelanggaran dapat menyebabkan pemberian sanksi keras. Tabuh juga membuat malu,
aib, dan pelakuan kasar dari masyarakat sekitar.
Tabu
merupakan sesuatu yang terlarang untuk dibicarakan secara terbuka. Tabu terbagi
dalam dua tipe yakni tabu non-
verbal
dan tabu verbal. Tabu non-verbal berkaitan dengan pola tingkah laku yang
terlarang dilakukan dalam kehidupan bermasyarakat disebabkan oleh adanya
larangan dalam tatanan nilai-nilai sosial. Tabu non-verbal ini berkaitan erat
dengan adat dan norma-norma yang ada dalam kehidupan masyarakat (Ningjue, 2010:
5). Sedangkan tabu secara verbal merupakan larangan secara sebagian atau
keseluruhan terhadap penggunaan kata-kata, ekspresi, dan topik tertentu dalam
interaksi sosial (Oxford English Dictionary). Dalam penelitian ini yang menjadi
sorotan utama yakni tabu secara verbal. Tabu yang berkaitan dengan penggunaan
kata-kata atau frase yang memiliki unsur tabu bahasa.
.
B. KATA
MAKIAN
Makian merupakan salah satu bentuk pemakaian bahasa yang digunakan
masyarakat untuk mengungkapkan kemarahan. Ungkapan
makian adalah ungkapan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan emosi dalam
bentuk kata-kata kasar atau kotor. Kemudian, bentuk-bentuk makian dalam
kategori sintaksis atau kelas kata dapat dibedakan menjadi empat, yakni verba
atau kata kerja, nomina atau kata benda, adjektiva atau kata sifat dan
adverbial atau kata keterangan.Wijana (2006:125) mengungkapkan bahwa
bentuk-bentuk makian merupakan sarana kebahasaan yang dibutuhkan oleh para
penutur untuk mengekspresikan ketidaksenangan dan mereaksi berbagai fenomena
yang menimbulkan perasaan seperti itu.
Dalam setiap bahasa ada kata-kata makian,
yaitu kata-kata yang digunakan orang kalau marah atau kalau mau menghina orang
lain.
. C. KATA
VERBAL
Kekerasan
berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut WHO (dalam
Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan
kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau
sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar
mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan
perkembangan atau perampasan hak.
Kekerasan
verbal adalah bentuk penindasan
yang paling umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-laki. Kekerasan verbal
mudah dilakukan dan dapat dibisikan di
hadapan
orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi . Penindasan verbal dapat diteriakkan di teman bermain
bercampur hungga binar yang terdengar
oleh
pengawas, diabaikan karena hanya di anggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak simpatik diantara teman
sebaya. Penindasan verbal dapat berupa
julukan
nama, celan, fitnahan, kritik kejam, penghinaan, dan pernyataanpernyataan bernuansa ajakan seksual.
METODE
Dalam
melakukan penelitian, tentunya diperlukan sebuah metode yang hendak digunakan.
Menurut Mardalis (2005 : 25) bahwa ‗‘Metode diartikan sebagai suatu cara atau
teknis yang digunakan dalam proses penelitian‘‘. Hal yang sama dikatakan oleh
Surachmad (2005: 131 ) bahwa metode merupakan cara utama yang dipergunakan
untuk mencapai tujuan, dalam upaya memecahkaan suatu masalah penelitian yang
tepat dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengenali berbagai cara pemecahan
masalah yang kurang objektif, yang pengaruhnya kurang menguntungkan.
Dikemukakan oleh Nawawi ( 2012: 65) penggunaan metode yang tepat dalam
penelitian adalah sebagai berikut : (a) Menghindari cara pemecahan masalah dan
cara berpikir yang spekulatif dalam mencari kebenaran ilmu, terutama dalam bidang
ilmu sosial yang variabelnya sangat dipengaruhi oleh sikap subjektivitas
manusia yang mengungkapkannya; (b) Menghindari cara pemecahan masalah atau cara
bekerja yang bersifat trial and error sebagai cara yang tidak meguntungkan bagi
perkembangan ilmu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern; (c)
Meningkatkan sifat objektivitas dalam menggali kebenaran pengetahuan, yang
tidak saja penting artinya secara teoretis tetapi juga sangat besar pengaruhnya
terhadap kegunaan praktis di dalam kehidupan manusia. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif. Menurut Nawawi (2012: 67), ‗‘Metode deskriptif
dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan
mengambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga,
masyarakat, dan lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya. Penelitian ini Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan mendengarkan individu saat berbicara
atau berbincang-bincang dalam kehidupan sehari-hari dan
mengambil contoh dari media social.. Peneliti mengamati kata-kata yang berhubungan dengan kata
makian, kata tabuh, dan kekerasan verbal lalu mencatat dan menyatukan dalam suatu tabel. Subjek penelitian
ini adalah Subjek dalam penelitian ini adalah
masyarakat dan mahasiswa yang menggunakan bahasa makian, kata tabuh, dan kekerasan verbal. Alat
pengumpulan data yang digunakan adalah (a) panduan angket, dan (b) dokumentasi.
HASIL
PENELITIAN
Perasaan
ketika mendapatkan perlakuan kekerasan kata-kata (verbal abuse),makian dan kata kata tabu adalah
rasa sedih, dendam, sakit hati, marah dan ingin melawan
pada orang yang melakukannya. Berbagai macam respon remaja ketika mendapatkan
kekerasan katakata (verbal
abuse), makian dan
kata kata tabu adalah tidak menghiraukan orang yang melakukan kekerasan kata-kata, pengen bantah
pada orang yang melakukan kekerasan
kata-kata (verbal abuse). Hal ini dikarenakan adanya perasaan ingin melawan. Dampak dari kekerasan kata-kata (verbal
abuse), makian dan
kata kata tabu dalam kehidupan sehari-hari pada remaja adalah
dampak psikis dan dampak positif.
Dampak
psikisnya adalah perasaan kecewa, sakit hati, dendam, tidak bisa mikir, tidak percaya
diri.dampak positifnya adalah ketika
mendapatkan
kekerasan kata-kata (verbal abuse) remaja seolah-olah akan menjadi penurut kepada orang
tua.Pengalaman remaja ketika mendapatkan kekerasan kata-kata (verbal abuse)
adalah seperti memanggil nama
dengan nama hewan, mengatai
bodoh, mencaci maki, marah-marah, menggunakan ucapan yang kasar.
Beberapa kata makian,kata tabu dan
kekerasan verbal yang
digunakan di kehidupan sehari-hari
No
|
Bahasa yang digunakan
|
Sumber
|
1.
|
Babi
|
Status
facebook
|
2.
|
Muncung
|
Percakapan
|
3.
|
Pukimak
|
Percakapan
|
4.
|
Oon
|
Percakapan
|
5.
|
Lappet
|
Facebook
|
6.
|
Pukimak
|
Percakapan
supir angkot
|
7.
|
Tolol
|
Percakapan
seorang anak dengan temannya
|
8.
|
Funk
|
Status
facebook
|
9.
|
Bego
|
Percakapan
|
10.
|
Kontol
|
Status
facebook.
|
11.
|
Lonte
|
Status
facebook
|
12.
|
Pungo
|
Percakapan
|
13.
|
Brengsek
|
Status
facebook
|
14.
|
Sarap
|
Percakapan
|
15.
|
Goblok
|
Percakapan
|
16.
|
Monyet
|
Percakapan
|
17.
|
Bagudung
|
Status
facebook
|
18.
|
Bangsat
|
Percakapan
|
19.
|
Asu
|
Status
facebook
|
20.
|
Bangke
|
Status
facebook
|
21.
|
Setan
|
Percakapan
|
22.
|
Idiot
|
Percakapan
|
23.
|
Anjing
|
Status
facebook
|
24.
|
Otakmu
|
Percakapan
|
No
|
Bahasa yang digunakan
|
Sumber
|
1.
|
Babi
|
Status
facebook
|
2.
|
Muncung
|
Percakapan
|
3.
|
Pukimak
|
Percakapan
|
4.
|
Oon
|
Percakapan
|
5.
|
Lappet
|
Facebook
|
6.
|
Pukimak
|
Percakapan
supir angkot
|
7.
|
Tolol
|
Percakapan
seorang anak dengan temannya
|
8.
|
Funk
|
Status facebook
|
9.
|
Bego
|
Percakapan
|
10.
|
Kontol
|
Status
facebook.
|
11.
|
Lonte
|
Status
facebook
|
12.
|
Pungo
|
Percakapan
|
13.
|
Brengsek
|
Status
facebook
|
14.
|
Sarap
|
Percakapan
|
15.
|
Goblok
|
Percakapan
|
16.
|
Monyet
|
Percakapan
|
17.
|
Bagudung
|
Status
facebook
|
18.
|
Bangsat
|
Percakapan
|
19.
|
Asu
|
Status
facebook
|
20.
|
Bangke
|
Status
facebook
|
21.
|
Setan
|
Percakapan
|
22.
|
Idiot
|
Percakapan
|
23.
|
Anjing
|
Status
facebook
|
24.
|
Otakmu
|
Percakapan
|
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan
hasil penelitian secara umum tentang Penggunaan Kata Tabu. Dapat dikatakan bahwa Kata tabuh, kata makian dan
kekersan verbal adalah kata yang jarang atau tidak lumrah untuk diucapkan,
cenderung kata tersebut dibuat oleh individu atau kelompok tertentu untuk
menghina atau menjelek - jelekkan seseorang. Pelecehan verbal sama berbahayanya
seperti kekerasan fisik.
Saran peneliti terhadap masyarakat maupun mahasiwa,
yaitu Sebagai
makhluk hidup yang paling tinggi derajatnya kita harus menggunakan bahasa yang
sopan dan memikirkan terlebih dahulu kata-kata yang kita ucapkan agar orang
lain tidak sakit hati dengan perkataan kita.
DAFTAR PUSTAKA
https://nanoazza.wordpress.com.2OO8/O7/O3/Tabu,makian dan kekersan verbal
.com